'Coco' Film Review: Sebuah Petualangan Memperjuangkan Hidup, Cita-Cita, dan Keluarga

Heyyoooo people! :)


Tidak terasa sudah menjelang akhir tahun, ya. Sudah adakah rencana mau kemana atau ngapain menjelang libur natal dan pergantian tahun? kalau saya sih, belum hehehehe. tapi bagi yang belum tahu mau kemana dan ngapain, menurut saya menonton film merupakan salah satu alternatif kegiatan liburan yang dapat dilakukan. Kalau kilas balik, sepanjang 2017 ini sudah banyak film bagus yang berhasil masuk ke tanah air. Salah satu yang menarik saya adalah Coco.

source: IMDB
Coco merupakan film animasi produksi Disney/Pixar yang release sejak bulan November 2017 lalu, tapi saya sendiri baru tonton film ini pertengahan Desember 2017. Cukup lama ya, hehehe. Mengingat animo masyarakat yang menonton film ini cukup banyak--jadi nunggu ngga terlalu ramai di bioskop nya, apalagi ini film keluarga jadi kebayang dong...rame nya anak-anak yang nonton seperti apa-- selain itu juga banyaknya film yang berseliweran di bioskop membuat saya ingin menonton film ini nanti saja. Dan akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga, setelah nonton trailer berkali-kali dan lihar review di IMDB membuat saya ingin sekali tonton! yang benar saja, rating versi IMDB untuk film ini adalah 8.9 of 10! rating luar biasa untuk sebuah film genre anime, loh.

source: IMDB

Sedikit cerita dari saya (tidak bermaksud spoiler sih), Coco ini menceritakan seorang anak lelaki usia tanggung (around 12, maybe?) tinggal bersama keluarga besarnya di sebuah kota di Mexico. Anak lelaki ini bernama Miguel Rivera, yang memiliki cita-cita sebagai seorang musisi seperti idolanya, Ernesto de la Cruz. Tapi sayang seribu sayang, cita-cita itu sangat di 'haram' kan oleh keluarga Miguel, terutama Nenek Miguel yang sangatlah melarang permainan musik apapun itu di keluarga mereka, sehingga mengharuskan Miguel untuk mengubur cita-cita nya tersebut. Menurut nenek Miguel, ia harus meneruskan tradisi keluarga sebagai seorang shoemaker atau pembuat sepatu, seperti mendiang nenek buyutnya, Mama Imelda. Terlihat saat di Ofrenda, terpampang leluhur Miguel yang memang sudah terkenal jadi pembuat sepatu secara turun temurun.

Source: IMDB

Tetapi yang namanya cita-cita tidak berhenti sampai disitu dong, yah. Suatu hari Miguel kabur dari rumah bermaksud ingin ikuti lomba bermusik di kota saat perayaan Day of the Dead (Hari Kematian-pemanggilan roh yang sudah mati) tapi ya.. karena ga punya alat musik untuk ikut lomba terpaksa harus mencuri gitar milik mendiang idolanya, Ernesto de la Cruz, yang dipajang di makam milik sang idola.

Seketika Miguel mencoba memainkan gitar tersebut tapi, yang terjadi adalah Miguel mengalami 'pengalaman spiritual' yang menjadikan tiba-tiba ia berada di Tanah Kematian atau  'Land of the Dead' pada saat Hari Kematian tersebut, seketika wujudnya tak terlihat namun tetap hidup sebagai manusia! hmm dying mungkin ya istilahnya? hehe.. dan ia jadi memiliki kemampuan untuk berbicara dengan roh, namun bagaimanakah cara Miguel harus kembali ke kehidupan manusianya? tentunya ia harus bertemu dengan leluhurnya, yaitu Mama Imelda, Miguels' great-great-grandmother, untuk mendapatkan restu agar ia kembali ke dunia nya semula sebelum subuh! terus cari Mama Imelda nya dimana? ya di Land of the Dead tersebut.

Source: IMDB

Bersama dengan Dante, anjing penuntunnya, ia memulai petualangan di the Land of the Dead tersebut untuk mendapatkan restu sang leluhur keluarganya, salah satunya Mama Imelda, agar dapat kembali ke dunia manusia. Tapi, di sana dia bertemu dengan Hector, a forgotten man, yang secara tidak langsung menuntunnya kembali ke keluarga, kehidupan manusianya, bahkan mendiang idolanya, Ernesto de la Cruz.




Source: IMDB

Untuk menonton film animasi saya memang cukup selektif, research dulu, dan saya juga harus cari tahu apakah ini memang bisa ditonton segala umur ataukah memang khusus anak-anak hehehe. Demikian alasan kenapa saya menonton Coco, diantaranya:
Pertama, yang pasti storyline yang menarik. Film ini bertema musikal tapi ada mystic nya juga. kalau horror pastilah sebagian anak kecil akan takut menonton hal berbau horror tersebut. tapi, tenang saja, hantu atau roh yang tampil berbentuk tengkorak (scletons) yang memiliki dandanan super unik dan lucu menyerupai bagaimana ia tampil saat masih hidup, agak mengingatkan saya dengan Corpse Bride sih, sebenernya;

Kedua: di sutradarai oleh yang menyutradarai Toy Story 2 & 3, dan Finding Nemo! ketiga film tersebut mencicipi berada di puncak box office movie untuk genre anime & fantasy. Apalagi rating Toy Story 3 mencapai 8.3 of 10 versi IMDB. Nah, sudah tak diragukan lagi, diperkirakan kesuksesan film Coco akan mengikuti film Toy Story 3.

Ketiga: mengangkat tema negara yang sangat spesifik dan cukup detail, yaitu Mexico, suasana Mexican (orang Mexico) dan  Amerika latin sangat kental di film ini, kita akan sering mendengar bahasa latin atau Spanish di film ini, baik dialog sehari-hari maupun theme song nya. Pengisi suara dan penyanyinya pun juga aktor dan aktris Meksiko. Demikian juga kehidupan sehari-hari serta ritual tahunan orang Mexico ditampilkan di film ini. Lagu-lagunya pun sangat riang, pastilah ingin bergoyang juga (eh?). tapi beneran, orang yang nonton disebelah saya, sampai goyang loh jempolnya :D

Terakhir, rating dari IMDB dan review dari beberapa artikel media online (bukan blogger)! bagi saya, ini mempengaruhi banget. Kedengerannya seperti spoiler kalau baca review, tapi bagi yang menganggap demikian, yasudah, jangan pernah baca review maupun hasil rating film di internet ya. Kalau saya sih, sangat bergantung dengan kedua hal tersebut agar tidak salah pilih film hehe.

Sebagaimana film pada umumnya, pastilah ingin memberikan pesan moral bagi para penontonnya. Apalagi Coco merupakan film bergenre animasi yang sasarannya memang ditonton oleh keluarga, meski yang sudah tua (oh noooo) kayak saya begini juga menikmati banget hehehe. Beberapa pesan yang dapat saya ambil dari film ini yaitu:

1. Don't give up to pursue your dreams: perjuangan Miguel keras dan semangat banget sampai dia berani melawan sang Nenek demi bisa mewujudkan cita-cita nya sebagai pemusik. Eits, tapi untuk yang ini jangan ditiru, apalagi melawan orang tua. Mencapai cita-cita bisa dilakukan hal lain dengan cara yang positif, penuh inspirasi, dan jangan lupa minta restu keluarga. Percayalah, pasti akan ada jalan bagi yang berusaha. Hasilnya pun juga akan manis loh.

Source: IMDB

2. Family is everything, they never leave you alone: suasana kekeluargaan sangat kental di film ini. bagaimanapun kondisi keluargamu haruslah tetap bangga dan bersyukur memiliki keluarga. keluargamu pula yang akan membimbingmu menuju kedewasaan, dan keluargamu lah tempatmu pulang. Saat di the Land of the Dead, Miguel bertemu dengan para leluhurnya, dan ternyata meski mereka sudah menjadi roh, mereka tetap sayang dan peduli sama Miguel, buktinya sampai dibantuin buat balik lagi ke kehidupan manusia.

source: IMDB

3. Don't forget where you belong: jangan pernah lupakan orang yang sungguh berjasa buat kita, terutama Bapak, Ibu, Oom, Tante, kakek, nenek, dll. Apabila mereka sudah tiada, doa untuk mereka jangan pernah putus, yah. Raga mereka mungkin telah tiada, tetapi doa kita merupakan 'penyelamat' dan penyambung pahala bagi mereka kelak. Bagi yang masih ada, ingatlah selalu bahwa mereka selalu menanti dan mendoakan kalian dirumah :) Kenapa saya bisa menyimpulkan pesan moral ini? kalian bakal tahu ketika nonton film Coco :) *plus, dengerin theme song nya yang berjudul Remember Me.

Source: IMDB

4. Losers never win: Losers are people who afraid of losing. Jangan pernah menghalalkan segala cara yang sudah pasti buruk untuk menjadi sukses, don't be a losers, cause losers never win. sejahat-jahatnya orang, meski ditutup-tutupi akan tercium juga. Nah, untuk adik-adik yang menonton jadilah anak yang baik, ya. Karena yang nakal dan jahat akan mendapat ganjarannya. hihihi... *saya mendadak menjadi merasa tua*.

Source: IMDB

5. Practice makes perfect: karena Miguel dilarang banget sama Neneknya, Elena, buat jadi musisi, jadi secara diam-diam dia latihan main gitar sendiri dengan cara menonton video idolanya berkali-kali sambil mainin gitarnya-on repeat-. Sehingga tau-tau dia udah mahir banget bermain gitar dan bernyanyi

Source: IMDB

Nah, untuk selanjutnya, silahkan dinikmati petualangan Miguel, Hector, dan juga Dante di the Land of the Dead. Sebagaimana film animasi, pastilah banyak diselipkan jokes yang bikin para penonton terbahak-bahak. Tidak sedikit pula-bagi saya-diselipkan adegan yang cukup membuat tegang (namanya juga adventure and fantasy), alhasil sebelah saya berteriak pas adegan berkelahi, kejar-kejaran, sampai berjatuhan.

Setelah film Toy Story 3 yang release 2010 lalu, Coco merupakan film animasi berikutnya yang sukses membuat mata saya berkaca-kaca dan menitikkan air mata pas di endingnya. Kalau di Toy Story 3 endingnya adalah ketika Andy harus ikhlas melepaskan mainan kesayangannya, Woody, diserahkan bersama kawan-kawan mainannya yang lain kepada pemilik barunya, Bonnie, nah untuk Coco, endingnya saat Miguel menyanyikan kembali lagu Remember Me bersama nenek buyutnya, Mama Coco. Nah, jadi, Mama Coco adalah kunci dari film ini.

Hmm.. saya jadi penasaran, siapa kakek buyutnya Miguel ya, kenapa tidak ada di ofrenda? apa diharuskan segaris dengan Ibu?

Source: IMDB

Yasudah lah tonton dulu saja kalau kalian belum tonton, yang pasti Coco sukses banget ngena di hati saya setelah Toy Story 3. Satu hal yang pasti, untuk Disney/Pixar tidak ada yang bad ending atau sad ending, apalagi gantung, karena ini film keluarga maka semua yang menontonnya harus bahagia.





okay, sekian dulu tulisan saya kali ini. puas banget rasanya bisa menulis film review lagi setelah bertahun-tahun tidak menulis sebuah review untuk film. apalagi Coco kini menjadi salah satu film favorit saya. Pas banget ditonton rame-rame bersama teman maupun keluarga (kalo saya sih... sayangnya nonton sendirian hahaha)

sampai ketemu lagi di tulisan saya berikutnya. happy watching and happy holiday!


cheers,
Fany


Comments

Popular posts from this blog

[K-Drama review] One Spring Night (2019) : A heartwarming yet simply-realistic

Pertama Kalinya! | My First MUN Experience